(Hampir) Makan Kuda di Jeneponto

Buat yang sudah beberapa hari di Sulawesi Selatan, setidaknya pasti anda pernah mencicipi Coto barang sekali. Umumnya, coto itu berbahan dasar sapi atau kerbau di beberapa daerah tertentu. Baik coto, konro, pallubasa, pasti akan banyak kita temukan dalam wujud daging sapi di seantero Sulawesi Selatan ini. Nah, untuk anda yang eksperimental dan suka mencoba tantangan, ada jenis daging lain yang bisa ditemukan di wilayah selatan dan tenggara Makassar. Pertanyaan saya, apakah anda berani makan kuda?
Tepatnya di wilayah Jeneponto, wilayah yang ‘terkering’ di Sulawesi Selatan ini menampilkan pemandangan khas wilayah Indonesia bagian tenggara, savana. Pemandangan padang savana dengan pohon palem-paleman yang berbatang tinggi dan berdaun jarang mendominasi wajah wilayah ini. Berkaitan dengan savana pula, hewan yang hidup di tempat ini pun menyesuaikan. Kuda adalah hewan yang biasa ditemukan di wilayah padang savana. Nah, ini menjadikan Jeneponto terkenal akan masakan coto menggunakan daging yang umum ditemukan. Orang wilayah Jeneponto menggunakan kuda sebagai bahan baku masakan mereka. Walaupun menggunakan kuda, masakan ini sebenarnya sama saja dengan coto pada umumnya. Yang membedakan hanyalah daging yang digunakan. Disini, daging kuda dominan digunakan karena lebih umum dan mudah didapatkan daripada sapi, apalagi kerbau. Seperti mitos yang beredar tentang kuda, konon, coto kuda maupun variannya (konro dan pallubasa) mengandung banyak nutrisi dan asupan yang baik dan berguna bagi kesehatan seksual anda. Konon, dagingnya yang ‘panas’ ini mampu meningkatkan vitalitas anda terutama dalam urusan percintaan. Hahaha...koq jadi ngomongin ginian sich?
Yah...intinya, walaupun coto kuda ini terkenal dari Jeneponto, namun ketenaran coto kuda ini sudah merebak kemana-mana termasuk daerah sekitarnya. Salah satunya, Terminal Mellengkeri di Makassar. Ya, ada sebuah warung coto yang menjual coto kuda di Mellengkeri. Kebalikannya, di Jeneponto dan daerah sekitarnya pun kita bisa menjumpai coto selain kuda, misalnya coto sapi biasa. Gak mesti selalu kuda. Sayang, kijang yang akan saya naiki segera berangkat jadi sebelum saya melangkah memasuki warung coto tersebut, saya kebutu dipanggil oleh sang supir karena akan segera berangkat. yah...mudah-mudahan ada kali lain kesempatan untuk bisa menikmati coto kuda dan bercerita pada anda semua yah

2 komentar:

  1. kayaknya gw gak bisa makan dach...
    kecuali gak dikasih iming2 nama kuda

    ReplyDelete
  2. wakakaka...koq kalian (elo sama Nas) kompakan sich ga mau makan kuda? kalau gue sih sebatas penasaran aja, kayak apa rasanya. entah yah kalau ternyata habis ngeliat bentuknya ternyata bikin eneg atau jijay...hihihi...yang jelas, kalau ada kesempatan lagi, mau banged nich icip icip :D

    ReplyDelete