Mencari Masapi Di Kolam Tilanga'

Tidak terlalu jauh dari Lemo, arah utara, dari Makale menuju Rantepao, ada sebuah tempat wisata lain yang sering disebut-sebut dalam buku petunjuk wisata Tana Toraja. Agak berbeda dengan objek wisata yang umum di Tana Toraja yakni kuburan, Tilanga’ mengusung sebuah kolam alami. Dari jalan raya Makale – Rantepao, cukup perhatikan petunjuk di sisi kiri jalan saja. Ada sebuah papan petunjuk warna hijau yang bertuliskan “Tilanga’ 1,5 KM”. Masuklah ke dalam gang yang tidak terlalu lebar diantara apitan rumah-rumah penduduk. Setelah 1,5 KM menempuh jalan kecil yang hampir semua bagiannya rusak berat (jalanan Tilanga’ lebih parah dibanding Lemo dan Kambira!) dan berbatu-batu, anda akan sampai di sebuah wilayah berpohon tinggi dan lebat. Sebuah loket pintu masuk bertengger di depan area tersebut. Selamat, anda telah sampai di Tilanga’ dengan sukses.
Berbeda dengan Lemo yang citarasa internasionalnya lebih kental, Tilanga’ terasa lebih lokal. Seliweran turis asing tidak begitu banyak di tempat ini. Tempat parkir yang seadanya dan tidak terlalu lebar juga menjadi semacam indikator. Siang itu, hanya tampak beberapa anak muda lokal warga Toraja dan beberapa anak kecil berada di Tilanga’. Tidak nampak adanya stand souvenir satu pun siang itu, entah saya kurang pengamatan atau tidak. Yang ada hanya sebuah warung kecil yang menjual makanan dan minuman ringan tepat di sebelah kolam Tilanga’ yang saya juga tidak yakin buka. Tidak usah berpanjang lebar, mari kita masuki Tilanga’.
Tilanga’ adalah sebuah kolam air dingin alami yang bisa digunakan untuk pemandian. Walau demikian, fungsi kolam ini lebih dari sekedar pemandian biasa. Tilanga’ terkenal berkat masapi yang hidup di dalam kolam ini. Masapi adalah belut putih. Rajanya kolam Tilanga’ ini adalah belut putih raksasa yang konon katanya apabila ia menampakkan diri, harapan kita bisa terkabul. Memang, sedikit banyak cerita masapi ini agak berbau mistis. Kabar mengatakan, masapi bisa muncul dengan diumpani telur rebus. Yang unik, pemancing masapi agar keluar bukan sekedar orang dewasa namun harus anak-anak. Umumnya, telur rebus yang diumpankan biasanya berjumlah tiga buah. Masapi ini dikatakan sebagai lambang keberuntungan. Oleh karena itu, masapi tidak boleh diganggu, dibunuh, apalagi dimakan karena dipercaya akan mendatangkan petaka dan bencana. Rerimbunan pepohonan tinggi dan bebatuan besar di sekitar kolam membuat suasana kolam menjadi sedikit gelap dan tak ayal membuat nuansa mistis semakin berkembang di kolam ini.
Siang itu, saya membayar biaya tiket masuk sebesar RP. 5.000 (khusus Tilanga’, wisatawan mancanegara juga Rp. 5.000) kepada seorang bapak baik hati yang berjaga di kolam ini. Seperti yang tadi sudah saya bilang, sejumlah anak muda sedang bersantai di gazebo yang terdapat di bagian atas kolam. Untuk menuju dasar kolam, kita harus menuruni tangga dan melalui beberapa buah batu. Di dasar kolam, anak-anak sedang bermain air dan berloncatan dari batu menuju air sepuasnya. Beberapa bahkan ada yang bugil sama sekali. Wah, nggak takut digigit masapi? Konon, masapi adalah belut yang baik dan jinak yang tidak suka mengganggu orang terutama apabila kita tidak menganggunya. Umumnya, anak-anak yang hanya bermain air di sekitar kolam tidak akan pernah diganggu. Berhubung waktu kedatangan saya pada musim kemarau, air kolam tidak tersisa banyak walaupun masih cukup dalam (konon, katanya kalau musim hujan, debit air akan meningkat drastis dan tempat pijakan saya terendam air). Anak-anak tersebut bermain air di tempat yang tidak terlalu dalam. Saya mengamati air kolam dari sudut ke sudut dan tidak berhasil mendapatkan satu masapi pun. Jangan anda bayangkan air kolam ini kotor yach. Air kolam ini sangat bersih dan jernih. Walaupun di beberapa bagian ada yang agak dalam, namun dasar kolam masih terlihat dengan jelas. Tidak ada satu masapi pun. Katanya, mereka suka bersembunyi dan baru bisa keluar apabila dipancing dengan telur rebus tadi.
Rerimbunan pepohonan membuat wilayah sekitar kolam menjadi agak gelap karena tidak terkena sinar matahari langsung. Beberapa gazebo yang ditempatkan di sekitar kolam memang sudah umum menjadi lokasi berpacaran bagi muda-mudi yang sedang dimabuk asmara. Hening dan sunyinya tempat ini (cukup jauh dari jalan raya, 1.5 KM) membuat tempat ini cocok untuk pacaran kali yach? Pada saat kedatangan saya, ada sepasang muda mudi yang langsung kabur begitu saya mendekat. Waduh, malah jadi gangguin orang pacaran donk? Hehe... tidak ada yang terlalu spesial di Kolam Tilanga’ ini selain cerita tentang masapi. Saya pun tidak berniat berenang. Walaupun airnya super bening dan masapi jinak, tapi saya nggak terlalu suka kalau ada yang muncul di sebelah saya begitu saya berenang. Terima kasih. Alhasil, siang itu, saya hanya duduk-duduk saja sambil menikmati siang yang teduh di tempat itu sembari berfoto foto dengan pemandangan sekitar. Walaupun sepi, namun saya mengamati setidaknya ada beberapa orang datang silih berganti mengunjungi tempat ini dan tak lama pergi. Mungkin sedikit berfoto sudah cukup untuk mereka kali yach? Untuk anda yang ingin mencapai dasar kolam, hati-hati memijak karena beberapoa batu sudah ditumbuhi lumut sehingga agak licin kalau dipijak. Berjalanlah perlahan sampai tempat yang anda inginkan. Kalau tertarik, mungkin anda bisa mencoba memancing masapi agar keluar.
Selain Kolam Tilanga’, yang menarik di area ini adalah jalanannya. Walaupun jalanannya super parah, namun pemandangannya cukup menakjubkan untuk saya. Kalau anda amati, anda bisa menemukan sawah dengan latar Gunung Labi atau Gunung Mariri di kejauhan. Selain itu, anda bisa menemukan gereja dan kuburan khas Toraja tentunya. Jalanan sejauh 1.5 KM ini lumayan jauh juga kalau ditelusuri berhubung jalanannnya rusak parah. Di jalanan yang kecil ini, anda harus berbagi dengan mobil yang keluar/masuk. Untungnya, volume lalu lintasnya tidak terlalu ramai sehingga nggak sampai ribet apalagi macet.

5 komentar:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Sudah sepantasnya Pemerintah daerah Toraja memperhatikan kondisi jalan ke Tilanga. sekedar up date tulisan Lomar ini, per November 2010 kemaren saya mengunjungi tempat ini dan sampai sekarang kondisi jalan ke Tilanga MASIH RUSAK PARAH. Tapi beruntungnya saya bisa melihat MASAPI berkat bantuan anak2 setempat.

    salam backpacker
    http://jejakbackpacker.blogspot.com/

    ReplyDelete
  3. Salam backpacker!!

    Iya, Tilanga ini termasuk salah satu objek wisata yang jalanannya cukup rusak. tampaknya memang kondisinya seperti dibiarkan yah. Walaupun Tilanga ini memiliki retribusi resmi berupa karcis, tampaknya perhatian pemerintah daerah setempat cukup kurang. Sayang sekali.

    Salam

    ReplyDelete
  4. TILANGA is a wonderfuL pLace...saya dan pacar saya baru aja kesana tanggaL 23-07-2011 kemarin..jaLannya masih kurang bagus dan daerah sekitar danau ny kurang dibuat menarik....banyak cerita mistis dan Larangan di danau ini...airnya pun sepertinya muLai surut sdkt demi sdkt.tapi tempat ini tetapLah mempunyai daya tarik tersendiri terutama masapi yang misterius dan cerita tentang seorang wanita yang dikutuk jadi batu karena mencuci di daerah terLarang di danau tersebut...Last....VISIT TILANGGA 2011...thx u...

    ReplyDelete
  5. Halo Mr/Mrs. Anonim,

    terima kasih untuk updatenya soal Tilanga'. Hmm...tampaknya tiada perubahan berarti yang dibuat oleh pemkab Toraja untuk kolam Tilanga' ini yach. Saya penasaran juga sich, kapankah air tersebut akan penuh? mungkin pada waktu musim penghujan barangkali yach?

    sekali lagi terima kasih update-annya dan terima kasih sudah berkunjung!

    Salam.

    ReplyDelete