Salah satu kunjungan yang paling mengesankan selama ke Bali di akhir tahun 2006 ini adalah Uluwatu. terletak di Bali Selatan dengan struktur batu cadas dan kering, panorama Uluwatu memang berbeda dengan daerah lain di Bali yang kita kenal. Jujur saja, pengalaman ke Uluwatu adalah pengalaman pertama untuk diri saya setelah empat tahun sebelumnya, Uluwatu tidak termasuk dalam daerah jelajah saya di Bali.
setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam dari Cultural park Garda Wisnu Kencana, wilayah Perbukitan Uluwatu terkarakteristik dengan jelas terutama setelah melewati daerah Pecatu. jalanan mulus dan lurus dengan beberapa bagian bergelombang serta menanjak turun naik menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang lebih suka mengunjungi tempat ini dengan menggunakan motor.
daerah yang masih asri dan jauh dari keramaian membuat daerah ini sangat worth untuk dikunjungi terutama untuk mereka yang enggan mengunjungi pusat pusat keramiaan di Pulau Dewata yang cantik ini. selepas 5 kilometer dari Pecatu, maka anda akan sampai di Pura Agung Uluwatu, salah satu pura yang menjadi sendi utama Pulau Bali ini. sepinya kunjungan wisatawan hingga ke daerah ini mungkin disebabkan oleh waktu liburan yang hampir habis ketika kami mengunjungi wilayah ini.
Aslinya, Pura Agung Uluwatu terletak di dalam belantara hutan dan dihuni oleh ribuan kera. namun, semenjak dibuka untuk tujuan wisatawan, Akses ke belantara Uluwatu dibuka untuk umum dengan pembangunan jalan raya. Pura Uluwatu ini sendiri memiliki keunikan tersendiri karena lokasinya. lokasinya yang terletak di puncak tebing dengan cadas di bawahnya, merupakan suatu pemandangan spektakuler untuk diri saya. lokasi Pura Uluwatu yang berada di sebelah barat Bali menjadikan daerah ini juga menjadi area wisata favorit untuk menikmati matahari tenggelam-sunset.
masuk ke Pura selalu ada aturan yang harus dipahami karena Pura tidak terlepas dari area persembahyangan bagi Umat Hindu. wanita yang sedang datang bulan dilarang memasuki wilayah Pura dan pakaian yang kurang pantas seperti kurang tertutup dan celana pendek tidak boleh memasuki wilayah Pura. untuk hal terakhir, pengecualian diadakan yakni dengan adanya peminjaman sarung berwarna ungu yang diikat dengan tali kuning sebagai syarat menutupi bagian tubuh yang tidak tertutupi.
Beberapa hal yang patut diperhatikan juga adalah Pura Uluwatu menjadi tempat hidup ribuan kera dan kera-kera tersebut cenderung berani. Berani disini dalam artian adalah mereka suka mengambil benda-benda yang tidak dijaga atau tidak diawasi oleh pemiliknya. sehingga, ada anjuran untuk melepaskan semua atribut seperti jam tangan, kacamata, topi, hingga kamera apabila tidak benar-benar dibutuhkan guna menghindari dijambret oleh kera kera tersebut. Saya sendiri memang melepas atribut tersebut namun tetap membawa kamera digital untuk mengabadikan momen momen Pura Uluwatu yang menarik. (tentunya dengan tidak melepaskan sedikit pun pandangan terhadap kamera digital saya)
Dengan tiket masuk seharga 3000 rupiah, anda sudah bisa memasuki wilayah Pura. beberapa anjuran dan larangan terpampang jelas dalam berbagai bahasa di depan pintu masuk. Ning-Ning penjual kacang pun berseliweran di sekitar pintu masuk dan areal taman sebelum pura menjajakan kacang yang akan menjadi makanan kera.
ketika mencapai ujung akhir taman, barulah tampak kemegahan Pura Uluwatu yang terletak di Ujung Puncak Tebing. God Almighty! pemandangan yang disajikan benar-benar indah. dengan jalur khusus manusia seperti pada Great Wall di China meliputi jampir keseluruhan sisi tebing, pendakian ke Pura menjadi sesuatu yang mungkin untuk dilakukan. sayangnya, berhubung salah seorang rekan kami berhalangan, maka pendakian ke Pura tidak kami lakukan. kami hanya menikmati pemandangan yang sangat spektakuler tersebut (desiran ombak menerpa batu cadas di kejauhan bawah sana).
Puluhan monyet yang memenuhi sisi tebing pun membuat kami waspada dengan barang bawaan kami. ada beberapa turis yang kameranya hampir dijambret dan turis jepang yang untaian bunganya dimakan oleh si kera.
Wilayah Pura tersebut tidak hanya Pura utamanya saja, namun terdapat juga wilayah lain seperti pura-pura lain yang terletak dalam wilayah taman. sayangnya, tampaknya hanya pura utamanya saja yang menarik pengunjung.
tentu saja, kunjungan kami harus diakhiri sebelum gelap karena wilayah tersebut bukanlah wilayah yang dapat dinikmati setelah gelap turun. alhasil, kami segera mengakhiri kunjungan kami sebelum sun mencapai set.(sayangnya pula awan tebal menutupi pandangan kami akan sunset sehingga sunset tidak jelas terlihat).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment