Pulang dengan Ferry Terakhir dari Tomok Lopo Parindo TigaRaja menuju Ajibata

Ferry terakhir akan berangkat pukul setengah tujuh malam, langit saat itu masih bersemu merah dengan gumpalan awan besar yang terbang rendah di sekitar perbukitan Tomok. Suasana belum benar benar malam saat itu. kami yang sampai di tomok sekitar pukul 6 masih harus menunggu Ferry tersebut berangkat. Daripada kami terombang ambing di atas ferry dan menderita mual, kami lebih memilih duduk duduk di sekitar dermaga dan berfoto sambil mengamati kegiatan warga setempat.

Sebelah Selatan, terdapat lapangan rumput yang besar, dimana anak anak Tomok sedang riang gembira bermain bola. Warga sekitar dermaga mengobrol dan mencuci kendaraannya masing-masing, kendaraan dengan pelat BB-area Tapanuli Selatan.

kami pun sempat memasuki rumah makan khas batak yang berada di sekitar dermaga, salah satunya adalah RUmah Makan Robema yang menjual makanan khas Batak yakni B1 dan B2, you know what i mean. dengan harga 13.000 rupiah plus kuah dan daging yang dibakar, kami sudah mendapatkan jatah makan yang kayaknya nggak habis dimakan satu orang karena terlalu berlimpah. Jangan harap rumah makan ini adalah rumah makan yang dikelola dengan profesional yach...RUmah makan Robema adalah rumah makan khas penduduk Samosir. Jadi, tampaknya ia memang membuka sejenis dapur umum. apabila tidak ada yang menyantap makanan, maka akan dimakan sendiri.

Kurang lebih pukul setengah tujuh kurang, kami menaiki ferry terakhir. Seperti biasa, alarm mobil yang sungguh berisik dibunyikan agar para penumpang yang ingin segera naik ferry bisa segera bergegas untuk menaiki ferry. Namun, apa ayal? ferry baru berangkat sekitar jam 7 kurang sepuluh menit. Seiring dengan berangkatnya Ferry, Musik SHnai Twain dibunyikan. Lumayan, hiburan di tengah tengah danau Toba.

Peristiwa kurang enak terjadi ketika kami bergegas meninggalkan Tomok. Ferry yang sudah lepas sauh dari Tomok harus kembali lagi ke Tomok dan kami baru menyadari belakangan (menganggap Ajibata sudah tiba!). Ternyata, sehubungan dengan ferry terakhir, maka kami harus berputar kembali ke Tomok guna mengangkut beberapa penumpang yang masih tersisa disana.

Sayangnya, angin malam membuat perjalanan menjadi tidak nyaman. angin sangat terasa kencang terutama untuk anda yang duduk di buritan maupun geladak kapal bagian atas. Alhasil, kami masuk ke dalam dek dalam guna menghindari angin yang justru salah karena dek dalam memiliki lubang lubang angin yang memungkinkan angin masuk lebih kencang lagi.

Kami sampai di Ajibata pukul setengah lapan lewat, hampir pukul 8 malah dan langit sudah gelap total. Lokasi penyebrangan sudah gelap dan hampir tidak tampak ada kegiatan berarti. Selamat malam Ajibata dan Selamat malam Parapat, kami akan bergegas beristirahat.

4 komentar:

  1. kamu hebat ya bisa keliling Indonesia, saya salut dan bangga pada kamu

    ReplyDelete
  2. terima kasih!

    dukungan anda sangat berarti buat saya. jadi bikin semangat pengen keliling indo lagi nich...^^

    thanks yach udah view my profile and kasih koment. simak terus perjalanan wiasta Indonesia ini. sukses juga buat usaha travelnya di Medan. saya sempetin kesana kalau ke Sumut lagi dech ^^

    ReplyDelete
  3. tomok samosir memang amazing, dan saya jg pernah kesana...
    nice info... thanks

    ReplyDelete
  4. Terima kasih sudah datang berkunjung ^^. Ya saya setuju, Samosir menakjubkan!

    ReplyDelete