Apa sich yang khas dari Medan? ada suatu tempat dimana tempat itu menjadi ciri khas Medan dan banyak orang mengatakan, tidaklah afdol kalau Ke Medan namun belum mengunjungi lokasi ini. Daerah ini bernama Asam Kumbang. Kalau mendengar wilayah ini tentunya anda akan mengetahui apa yang berada disini. Yap, saya membicarakan tentang Penangkaran Buaya terbesar di Medan dan cukup terkenal yang terletak di Asam Kumbang.
Walaupun berada di Medan, namun Asam Kumbang merupakan daerah pinggir Medan. terlebih karena Medan merupakan kota kedua terbesar di Indonesia, maka perjalanan dari pusat kota Medan hingga ke Asam Kumbang mencapai kurang lebih 1 jam, dalam kondisi jalan yang relatif bagus dan lenggang. Sehubungan Asam Kumbang yang terletak di daerah pinggiran Medan, maka kondisi alamnya juga lebih asri dibanding Kota Medan itu sendiri. Selain kondisi alamnya yang masih asri, Asam Kumbang masih cenderung wilayah sub-urban yang masih menyisakan hamparan luas lahan yang hijau.
Pintu masuk lokasi penangkaran tampak sangat jelas terlihat berbentuk buaya. Apabila anda masuk ke jalanan tersebut yang merupakan Jalanan semi Gang tersebut, maka tak lama kemudian anda akan berjumpa dengan gapura berlambang buaya di sisi kanan jalan. Silahkan masuk ke Penangkaran Buaya Asam Kumbang!
lokasi parkiran yang memang pada hakikatnya adalah sebuah halaman yang berukuran sedang dengan daya tampung sekitar 10-15 buah mobil, menyambut anda setelah anda melewati pintu gerbang. Di sudut kanan terdapat sejenis beranda yang berisikan banyak sekali foto-foto buaya, kliping artikel, warung kecil dan Ibu yang sudah cukup berumur tapi masih bersahaja dan menunjukkan muka arifnya. Lokasi sekitar memang dipenuhi dengan pepohonan rimbun dan lebat. membuat suasana semakin teduh.
Ibu yang menyambut kami di meja kecil tempat penjualan tiket tersebut adalah Istri sang Pemilik penangkaran buaya. Dengan senyum dan cekatan, ia segera menghitung jumlah orang yang akan masuk plus parkiran mobil. Untuk 4 orang beserta mobil, kami hanya diwajibkan membayar 15000. Pengunjung hari itu memang hanya beberapa orang saja. Parkiran mobil yang cukup luas tersebut terisi 3 mobil dan sejumlah motor. Sebelum masuk kami menyempatkan diri untuk melihat - lihat foto keluarga yang tergantung di beranda, artikel tentang penangkaran buaya dan perawatan buaya, foto-foto buaya dan atraksi dengan buaya. Akhirnya kami tahu, bahwa sang pemilik, Lo Than Muk, yang notabene warga keturunan China ini hidup dengan istri, Lim Hui Cu, dan dua anaknya yang laki-laki, Robert Lo dan Robin Lo. Penangkaran buaya ini pada awalnya dilakukan karena hobi. Namun, sehubungan dengan luasnya wilayah yang dikelola dan giatnya menambah jumlah koleksi, maka penangkaran ini menjadi semacam lokasi wisata, bahkan icon kota Medan. Padahal yang dijual adalah penangkaran buaya di Halaman Belakang rumah sepasang suami istri yang bersahaja ini.
koleksi utama penangkaran ini adalah buaya tentu saja, namun untuk lebih spesifik lagi, koleksi yang terutama adalah Buaya Muara atau Crocodyllus porosus. Umur buaya yang bervariasi antara 5 tahun hingga 32 tahun ditunjukkan dengan papan-papan petunjuk sederhana dan ukuran bobot badan mereka. Semakin tua pula, semakin bau kondisi kandang mereka. Siap-siap untuk anda yang tidak suka bau reptil!
Semakin tua pula, semakin jarang kuantitas buaya dalam satu kandang. Biasanya, untuk buaya yang berumur di atas 20 tahun, satu kandang hanya berisi satu atau dua bekor buaya saja. Berbeda dengan buaya yang berumur 5 hingga belasan tahun, dimana satu kandang berisi tumpukan buaya yang saling tumpang tindih. Selain Kandang, anda juga bisa melihat buaya tersebut di habitat aslinya. Di Bagian paling belakang dari rumah tersebut terdapat sebuah kolam yang airnya berwarna hijau pucat, cenderung mirip rawa. Disini anda akan menyaksikan sejumlah gelondongan kayu yang bergerak perlahan. Upss...itu bukan gelondongan kayu tapi Buaya yang sedang berenang perlahan memantau mangsanya. Anda harus memperhatikan tajam karena mereka hampir tidak bergerak sama sekali. Kecuali buaya-buaya yang sedang bertarung, atau tiba tiba mengecipak dari kolam.
beberapa satwa tampak mengisi area ini, selain buaya yakni ular, kera dan beberapa jenis burung. Kunjungan ke tempat ini mungkin tidak terlalu menarik minat anda, namun yang jelas, ada sesuatu yang teramat mengesankan ketika saya mengunjungi sepasang suami istri tua yang sangat bersahaja ini. Even anda tidak membantu dalam hal apapun, anda sudah cukup membantu dalam kelestarian perawatan buaya ini dengan berkunjung ke dalam lokasi penangkaran. Tiket masuk yang anda bayarkan (cenderung sangat murah) atau bahkan ketika anda ingin melihat atraksi pemberian pakan, sangat membantu kelangsungan kesejahteraan hidup pasangan ini. Apabila memang memungkinkan, anda dapat berbincang-bincang dengan pasangan yang bahasa Indonesianya lumayan baik ini walaupun seperti Orang Medan pada umumnya, mereka mengerti bahasa Hokkian. Kami pun tidak lupa berfoto bersama keluarga ini. Namun sayang, sang istri, Lim Hui Cu sedang masuk ke dalam sehingga kami yang sudah diburu waktu hanya sempat berfoto bersama sang suami pemilik lokasi ini, Lo Than Muk. Mudah-mudahan lain kali kami sempat kembali lagi dan bertemu kembali dengan pasangan tua yang bersahaja ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment