Terbang Pertama Kali dengan Air Asia

Well..pertama kali ngelihat pesawatnya, mungkin gambaran yang ada gak sesuai dengan gambaran pesawat yang kita ketahui selama ini kali yach. Selama ini, kalau ngelihat pesawat pertama kali kan lebar dan besar. Nah ini pesawatnya aja pintunya kecil, hanya berisikan satu buah lorong dengan deretan bangku sebanyak tiga buah di kanan dan di kiri. Jok bangkunya sendiri terlihat kurang meyakinkan. Kayak naik bis murahan dech. Kulit ga jelas gitu.

Pesawat yang gue naiki adalah Boeing 737-300. gue meletakkan barang-barang gue di rak atas dan duduk tepat di depan pintu darurat di tengah pesawat. Habis duduk, gue pastinya langsung mencoba segala fasilitas yang ada. Mulai dari meja dipan yang bisa dikeluarkan, daftar menu, dan jendela yang bisa dibuka dan ditutup. Oh yach, kaca jendela pesawat tuh tebel banged dan dua lapis yach....

Sebelum pesawat tepat berangkat pada 6.35, ada informasi dari pramugari bahwa pesawat yang dinaiki adalah tujuan kemana, penerbangan kode apa, larangan-larangan yang harus dipatuhi termasuk tidak boleh menyalakan alat komunikasi karena dapat dipastikan akan mengganggu sistem navigasi pesawat. Bagi dua deret penumpang yang duduk di bagian pintu darurat pun memiliki semacam beban lebih apabila memang terjadi ’sesuatu’ pada pesawat yang ditumpangi. Ada penjelasan singkat bagi semua penumpang sejenis pantomim bagaimana harus mengenakan ikat pinggang, bagaimana apabila masker oksigen tiba-tiba terjatuh, bagaimana mengenakan jaket pelampung dan sebagainya.

Sebelum berangkat, para pramugari tersebut emmastikan lagi bahwa semua orang telah mengenakan sabuk pengaman dengan baik dan menegakkan tubuh di kursi. Pesawat pun mundur (bayangkan! Gue gak akan tahu hal ini kalau nggak pernah anik pesawat!) dan berbalik arah menuju landasan. Namun, jangan disangka bahwa pesawat akan langsung menderu menuju lapangan take off, namun ada semacam jalur khusus untuk dilalui pesawat sebelum take off sesungguhnya dari permukaan tanah. Maka dari itu, bunyi pesawat pada awalnya pun tidak terlau deru.

Setelah sekian belokan dan menghadap landasan yang sesungguhnya, tiba tiba pesawat mulai melaju dengan cepat dan menderu dengan keras. (benar-benar bunyi yang menakutkan!). pesawat yang menderu deru dengan kencang tersebut melaju semakin cepat dan roda pesawat ditekuk. Wuih...rasanya berjuta juta. Kayak naik jet coaster versi sedang. Tubuh rasanya melambung sejenak dan terlontar ke angkasa.

Akhirnya, pesawat yang gue tumpangi pun meninggalkan tanah yang perlahan lahan tampak semakin kecil. Sumpah, bener-bener gak enak kalo posisi badan ga bener disini. So, kalo yang nggak biasa mendingan jangan duduk miring2 untuk melihat permukaan tanah yang malah justru bikin makin mual dech. Mending duduk tegak sesuai dengan arah kursi.

Yang jelas, proses take offnya itu benar-benar lama sekali! Rasanya berjam jam sebelum pesawat sampai pada ketinggian yang diinginkan yakni berada di atas awan sampai permukaan tanah tidak terlihat jelas (Cuma bisa ngelihat awan dan berjenis awan yang tersapu angin). Barulah sampai di atas, ada pemberitahuan boleh membuka sabuk pengaman namun usahakan tetap digunakan untuk alasan keamanan.

Jujur aja, entah memang kelas ekonomi, bangkunya tidak terlalu enak. Cenderung sempit dan tidak enak untuk menekuk kaki. Pemandangan yang bisa dilihat sepanjang perjalanan hanyalah awan dan awan saja. Alhasil, gue banyak bengong di pesawat, apalagi ketika pesawat sering melakukan manuver pembelokan arah pesawat. Malesshhh banged dech

Sekitar pukul delapan, ada pemberitahuan agar semua penumpang kembali ke tempat duduk dan menggunakan sabuknya lagi karena pesawat sudah hampir lansing di Padang. Memang, sesaat setealh ada informasi tersebut, pesawat mulai tampak sedikit menukik dan mulai turun dengan perlahan-lahan (sensasi rasanya gak bisa diceritakan karena nggak enak, dan menakutkan!). tampaklah perlahan-lahan, lautan hindia dengan pulau – pulau kecil menghiasi tepian kota Padang di sebelah Bandara Minangkabau. Finally, setelah hampir limabelas menitan kayaknya, pesawat mendarat di Bandara Minangkabau. (gue muntah karena sensasi rasa yang nggak enak tadi). Pesawat yang terus turun tersebut tiba tiba mengeluarkan rodanya lagi dan JEBRUGGG pesawat mendarat dengan masih melaju di bandara Minangkabau. Terjunnya juga ga enak. Fiuh...akhirnya, sampai juga di pulau Sumatera, di Sumatera Barat, Padang dengan selamat. Apakah gue mau pulang dengan naik pesawat? Hehe...gue sempet loch mikir2 begitu...tapi kalo nggak, gue pulang naek apa?


0 komentar:

Post a Comment